GAYA HIDUP AYAM KAMPUS


Siapa yang tak kenal ayam kampus guys? Saat ini, fenomena gaya hidup ayam kampus telah menjadi rahasia umum. Masyarakat rata-rata tahu akan hal itu, tapi herannya gak pernah mau membicarakannya. Sehingga keberadaanya kini gak pernah keliatan jelas di mata kita. Selain mereka yang menyembunyikan diri, masyarakarat juga terlihat cuek.

Ayam kampus” adalah sebutan buat mahasiswa perempuan yang bekerja sebagai pekerja seks. Mereka juga bagian dari masyarakat tapi beraktivitas secara tersembunyi. Sehingga orang-orang sekitar hampir tidak menyadari keberadaan ayam kampus di dekat mereka.

Sekalipun bikin panik, tidak ada tindakan nyata dari masyarakat maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) buat menangani masalah ayam kampus. Mereka lebih tertarik pada kasus Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) dan pekerja seks komersil (PSK). Padahal ayam kampus itu mahasiswa, generasi muda yang menjadi andalan untuk perbaikan masa depan bangsa dan negara!!!

Benarkah ayam kampus ada di sekitar kita? Guys! Fakta membuktikan mereka memang bagian dari masyarakat, apalagi mahasiswa. Mereka menjalani kehidupan selayaknya seorang mahasiswa yang bertugas menuntut ilmu. Bedanya, selain jadi mahasiswa, ayam kampus juga jadi pekerja seks.

Andi (21, bukan nama sebenarnya), mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Jatinangor, mengaku pernah menjadi 'pengguna' ayam kampus selama lebih dari setahun. Ia mulai terlibat dalam praktek prostitusi karena frustasi setelah dinyatakan tidak lulus tes masuk AKPOL. Andi mengakui, keberadaan ayam kampus memang tersembunyi. Namun ia menegaskan, mereka ada dan nyata.

Memang awalnya nggak terlalu nampak, tapi sebenarnya ada di setiap fakultas. Real. Nggak banyak mahasiswa yang tahu,” ungkapnya.

Bahkan ayam kampus sendiri, banyak sekali ditawarkan di diskotik-diskotik. Cara menawarkannya pun ada yang melalui perantara atau mereka sendiri yang datang kepada pelanggan.

Guys, pada dasarnya, ada dua motif utama yang melandasi seseorang menjadi pekerja seks, yaitu motif ekonomi dan motif biologis. Dalam kasus ayam kampus, motif ekonomilah yang mendominasi. Sekalipun tidak dapat dipungkiri, masalah keluarga dan latar belakang sosial juga mempengaruhi kemunculan ayam kampus. Sehingga timbul pertanyaan mengenai apakah ayam kampus termasuk pekerja seks komersil atau non komersil.

Saya kira kalau motif, ekonomi ya. Karena ingin mendapatkan uang. Yang kedua, persoalan dunia konsumtif, saya kira. Konsumeristik, ingin punya banyak hal. Dan tidak semua orang atau perempuan bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan,” ujar .dosen Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Fisip Unpad) Budi Rajab, M.Si

Eh, lo pikir gue ngapain kayak gini (jadi ayam kampus-red)? Gue nggak bisa ngelayanin kalau nggak ada yang gue dapat. Nggak ada yang gratis dalam kamus gue!” tandas Sandra.

Pada akhirnya, untuk membedakan ayam kampus dengan mahasiswa perempuan yang menjadi pekerja seks non komersil, muncul istilah baru yaitu cewek bispak (bisa pakai). Cewek bispak adalah mahasiswa perempuan yang bersedia melakukan hubungan seks tanpa bayaran. Mereka hanya ingin memuaskan hasrat seksual. Umumnya, mahasiswa perempuan seperti ini terjebak dalam pergaulan bebas. Mereka melakukan hubungan seks, lalu ketagihan dan tidak bisa menghentikan hasrat mereka. Seperti Iyan (25, bukan nama sebenarnya) yang mengaku pertama kali mengenal Maya (bukan nama sebenarnya) sebagai pacar.

Kenal sebagai pacar awalnya, tapi malah jadi ajang seks bebas,” jelas Iyan.

Ayam kampus pun tidak bisa disamakan dengan pekerja seks komersil (PSK) biasa. Menurut Drs. Abdul Hamid, dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, diakui atau tidak, ayam kampus tetaplah mahasiswa perempuan yang masih aktif di bangku kuliah. Pergaulan mereka pun berbeda dengan pergaulan ala PSK. Status mahasiswa yang melekat pada diri ayam kampus, kata Abdul Hamid, membuat mereka terkesan lebih eksklusif.

Lebih intelektual, tidak mangkal di jalan. Kalau mahasiswa perempuan kan bisa diajak ngobrol. Kalau pelacur profesional, bisa dikatakan seratus persen seks,” jelasnya.

Seperti diungkapkan Buyung (bukan nama sebenarnya), alumnus Fisip Unpad yang pernah meneliti masalah ayam kampus, rata-rata ayam kampus tidak suka jika pelanggan langsung ‘tembak’ pada masalah seks. Mereka lebih senang melakukan pendekatan sambil jalan-jalan, seperti kencan, atau menonton film.


Menyebabkan Kemandulan

Sebagai pekerja seks, ayam kampus melakukan transaksi seks berulang kali dan terus-menerus. Selain itu, mereka juga berganti-ganti pasangan. Apa mereka tidak khawatir dengan resiko terkena penyakit atau terjadi kehamilan?

Untuk hal kayak gitu (berhubungan seks-red), butuh pengamanan. Ada barang namanya kondom. Tahu kan?” tegas Iyan (25), salah seorang pengguna ayam kampus.

Iyan, seperti kebanyakan orang, memercayakan kesehatan alat kelamin dan pencegahan kehamilan pada kondom. Padahal, menurut Prof. Dr. Herman Susanto, Sp.OG(K), dosen mata kuliah Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unpad, kondom termasuk salah satu jenis alat kontrasepsi yang kekuatannya paling rendah untuk mencegah kehamilan.

Kondom hanya termasuk alat kontrasepsi mekanik. Artinya, hanya menjadi batas supaya sperma tidak bertemu dengan sel telur. Jadi, tentu saja angka kegagalannya tinggi,” ungkapnya.

Masalah infeksi, Ketua Unit Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Unpad ini menekankan tentang bahaya berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks. Menurutnya, resiko infeksi lebih mungkin terjadi pada orang-orang yang terbiasa berhubungan seks dengan pasangan yang berbeda.

Ada dua resiko yang bisa terjadi jika berganti pasangan seks. Pertama, infeksi baik pada alat kelamin laki-laki maupun perempuan. Kedua, dalam jangka panjang, infeksi tersebut akan mengakibatkan gangguan kesuburan atau kemandulan. Hal ini dapat terjadi karena infeksi pada vagina merambat ke atas, sehingga menimbulkan kelainan pada organ dalam. Jika tidak segera ditangani, kata Prof. Herman, infeksi tersebut bisa menyebabkan kanker atau tumor ganas pada rahim.

Sebenarnya dari segi kesehatan, selama pasangannya tetap dan menjaga kebersihan alat kelamin, kemungkinan menimbulkan kelainan, penyakit, atau komplikasi akibat sering berhubungan, tidak ada,” jelas Prof. Herman.

Meskipun begitu, ia meragukan kemungkinan ayam kampus dapat melakukan seks yang bersih dan aman, karena mereka berhubungan seks dengan pasangan yang berubah-ubah. Bisa saja, virus dan bakteri dari pasangan yang satu ditularkan ke pasangan yang lain.

Pertama, mungkin dia lupa memakai kondom. Itu jelas akan menimbulkan infeksi. Kedua, kondom pun tidak seratus persen melindungi dari infeksi,” tandasnya.

Selain itu, kondom pun ternyata beresiko saat digunakan sebagai alat pengaman. Bukan hanya tidak bisa sepenuhnya mencegah infeksi dan kehamilan, melainkan juga dapat menimbulkan alergi pada alat kelamin perempuan. Alergi dapat terdeteksi jika setelah menggunakan kondom, vagina mengeluarkan keputihan yang berbau. Sekalipun ada kondom yang dibuat khusus untuk perempuan, ternyata tidak berpengaruh besar. Hal ini disebabkan cara pakai kondom perempuan lebih sulit dibandingkan dengan kondom laki-laki. Apalagi kondom perempuan memiliki angka kegagalan yang lebih tinggi.


Bukan Hal Baru

Istilah “ayam kampus” sudah dikenal sejak pertengahan tahun 1980-an. Istilah tersebut muncul setelah masyarakat mengenal “kumpul kebo” (pasangan yang belum menikah, tapi tinggal bersama). “Kumpul kebo” sendiri pertama kali marak di Yogyakarta. Sementara “ayam kampus” berasal dari Jakarta dan tersebar melalui media.

Bandung baru terkenal waktu ada Itenas (Institut Teknologi Nasional),” ungkap Abdul Hamid.

Ketika ditanya mengapa harus menggunakan kata ‘ayam’ untuk mengidentifikasi mahasiswa perempuan yang menjadi pekerja seks, Abdul Hamid menganalogikan ayam sebagai lambang makanan enak dan lebih sehat dibandingkan dengan daging yang lain. Begitu juga mahasiswa yang dianggap lebih ‘enak’ dibanding pekerja seks komersil (PSK) biasa.

Mengapa ayam kampus? Pertama, ayam itu lambang makanan enak. Nah, kemudian ayam kampung berbeda dengan ayam boiler. Ayam kampung alami, dagingnya lebih enak, lebih sehat. Nah, ya masalah enaknya itu. Dari ayam kampung, diplesetkan jadi ayam kampus,” jelasnya.

Selain itu, istilah tersebut juga digunakan karena perilaku seksual mereka mirip perilaku ayam. Begitu merasa terangsang, mereka tidak peduli pada waktu, tempat, dan pasangan. Sementara kata ‘kampus’ sendiri digunakan untuk mempertegas status ayam kampus sebagai mahasiswa.

Meskipun begitu, saat ini telah terjadi perluasan makna. Istilah “ayam kampus” tidak lagi ditujukan untuk mahasiswa perempuan saja. Di Bandung dan Jatinangor, bukan hanya mahasiswa perempuan yang menjadi pekerja seks, melainkan juga pelajar Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sehingga akhirnya, istilah ayam kampus pun diterapkan pada pelajar.

Sekarang sudah turun ke SMA, bahkan yang SMP juga ada. Karena memang ada bapak-bapak yang hobinya anak SMA. Ada juga yang pakai seragam SMA padahal bukan (pelajar-red),” ungkap Abdul Hamid.

Sampai saat ini, ayamce kampus masih identik dengan perempuan. Jika ada laki-laki yang menjadi pekerja seks, umumnya disebut gigolo. Sekalipun ia masih berstatus mahasiswa. Namun masyarakat Padang punya kebiasaan lain. Mereka menyebut kaum adam yang berprofesi sebagai pekerja seks dengan sebutan “kucing aia” yang berarti “kucing air”.

So, jangan sampai gaya hidup sebagai AYAM KAMPUS! Merajai kita. Sekarang saatnya kita peduli sekitar guys!

Narasumber :

  • Prof. Dr. Herman Susanto, Sp.OG(K), dosen mata kuliah Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Unpad
  • Drs. Abdul Hamid, dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran
  • Budi Rajab, M.Si, dosen Jurusan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran (Fisip Unpad)
  • Beberapa 'pengguna' ayam kampus ini (identitas dirahasiakan)
  • 'Ayam kampus' yang juga dirahasiakan.
-artikel ini pernah dimuat di majalah dJatinangor (oleh kru dJ)-


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

10 komentar:

Melani Sofi Tania mengatakan...

wah artikelnya bagus! jarang-jarang ada mahasiswa yang mau mengangkat tema yg kayak gini. memang kita udah gak boleh menutup mata lagi kalo ayam kampus itu memang ada di sekeliling kita... setuju bgt..skrg saatnya kita peduli!!! ditunggu ya artikel2 berikutnya! :D

andini patricia mengatakan...

iya tunggu aja ya la :D
update terus yaa :)

abOy mengatakan...

makanya..jangan suka jajan klo mmg gk mo kena penyakit sex menular...
tapi yang baru2 bole jga d coba..hehehe,(joke)

andini patricia mengatakan...

iya..memang itulah resikonya aboy..
uah tau begitu jangan coba" untuk menyentuh itu ya :)

indah tri novita dan inda astri andini mengatakan...

kok serem ya.. hebat bisa dapet narasumbernya! kan susah biasanya mencari nrasumber yang mau ditanyain maslah kaya gini :D

andini patricia mengatakan...

iya emang susah ndah.. hehe
tapi untung dapet hehe

indah tri novita dan inda astri andini mengatakan...

hebatlah kalian!!
ayo terus menulis lagi.
kami tunggu lifestyle apalagi yang lagi jaman. ehhe

andini patricia mengatakan...

hehehe siap!

Unknown mengatakan...

siip...
terus berkarya, kebiasaan mahasiswa juga mesti diungkapkan.. jangan cuma bs demo aja

andini patricia mengatakan...

siap...

terima kasih...

Posting Komentar